Minggu, 18 Maret 2012

Video kuntilanak terbang

Penampakan hantu wanita berambut panjang berbaju merah di sukabumi.flv

Video Penampakan Jawa 7 Jember Part II.mp4

Video Penampakan Jawa 7 Jember Part I.mp4

Serat Wirid Hidayat Jati

Anggitanipun Panjenenganipun Raden Ngabehi Ranggawarsita
Kapethil saking serat Jawi Kandha ing Surakarta Hadiningrat tahun 1908
Ditulis oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito
Dipublikasikan dari Serat Jawi Kanda di Surakarta, dan dicetak oleh N.V. Mij. t/v d/z ALBERT RUSCHE & CO., Surakarta tahun 1908.

Aneka pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji.

Serat Wulangreh

1). Mingkar mingkuring angkara,
Akarana karanan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap neng tanah Jawa,
Agama ageming aji.

Menahan diri dari nafsu angkara,
karena berkenan mendidik putra
disertai indahnya tembang,
dihias penuh variasi,
agar menjiwai tujuan ilmu luhur,
yang berlaku di tanah Jawa (nusantara)
agama sebagai “pakaian”nya perbuatan.

Serat Centhini

Serat Centhini atau juga disebut Suluk Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga, merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru. Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, agar tak punah dan tetap lestari sepanjang waktu. Serat Centhini disampaikan dalam bentuk tembang, dan penulisannya dikelompokkan menurut jenis lagunya.



Penggubahan

Menurut keterangan R.M.A. Sumahatmaka, seorang kerabat istana Mangkunegaran, Serat Centhini digubah atas kehendak Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom di Surakarta, seorang putra Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV, yaitu yang kemudian akan bertahta sebagai Sunan Pakubuwana V.
Sangkala Serat Centhini, yang nama lengkapnya adalah Suluk Tambangraras, berbunyi paksa suci sabda ji, atau tahun 1742 tahun Jawa atau tahun 1814 Masehi. Berarti masih dalam masa bertahtanya Sunan Pakubuwana IV, atau enam tahun menjelang dinobatkannya Sunan Pakubuwana V. Menurut catatan tentang naik tahtanya para raja, Pakubuwana IV mulai bertahta pada tahun 1741 (Jawa), sedangkan Pakubuwana V mulai bertahta pada tahun 1748 (Jawa).

Sabtu, 17 Maret 2012

Suluk Malang Sungsang, Konflik Penyimpangan Ajaran Syeikh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar itu tokoh yang kontroversial, saya pernah membaca buku selain karangan Agus Sunyoto, seperti Achmad Khojim dan A. Munir Mulkan mereka membahas obyek yang sama tapi dari sudut yang berbeda, tentu saja perbedaan tersebut dari nara sumber yang berbeda.
Aku sekarang mencoba meresensi buku tentang Syeikh Siti Jenar karangan Agus Sunyoto. Buku karangan Agus Sunyoto ini terdiri dari seri satu sampai dengan seri tujuh. Suluk Malang Sungsang adalah seri pamungkas.


Agar bisa diikuti runut, maka saku coba ringkaskan trilogi pertama (Buku satu dan dua) dengan detail mengisahkan perjalanan yang ditempuh seorang salik – Abdul Jalil alias Syaikh Siti Jenar untuk mencapai maqam yang lebih tinggi, yakni menjadi orang yang dekat dengan Nya. Dalam buku satu dan dua tersebut diceritakan betapa berat perjalanan yang harus ditempuh Syaikh Siti Jenar untuk mencapai maqam tertinggi itu. Ia harus melewati tujuh Lembah Kasal, tujuh Jurang Futur, tujuh Gurun Malal, tujuh Gunung Riya, dan tujuh Rimba Sum’ah, tujuh Samudera ‘Ujub dan tujuh Benteng Hajbun.

Suluk Dewa Ruci

Tentang Filosofi Dewa Ruci 

Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia)dan Gusti (Pencipta) (manunggaling kawula Gusti )/ pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.

Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Sang Pencipta, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.

Suluk Wujil

Tersebutlah seseorang yang bernama Wujil. berujarlah dia kepada Sang Panembahan Agung, Ratu Wahdat namanya, bersujud pada debu kaki Sang Mahamuni, yang berasrama di Bonang seraya mohon ampun karena ingin diberi keterangan tentang seluk-beluk agama yang terpilih sampai ke rahasia yang sedalam-dalamnya.

Sepuluh tahun Wujil berguru kepada Sang Panembahan Agung, belum mendapatkan ajaran yang penting. adapun asalnya, Wujil berasal dari Maospait sebagai abdi kesayangan raja di Majalangu. tamatlah dipelajari seluruh tata bahasa. kemudian wujil berujar kepada Sang Panembahan Agung yang sangat dihormati dengan mohon ampun.


Sang Wujil sungguh memohon belas kasih dihadapan kaki Sang Jati Wenang menyerahkan hidup-mati. telah makin dikuasai akan semua pelajaran. “sastra arab yang tuan ajarkan, akhirnya pergi sekemauan hati, senantiasa mengikuti kemauan hati. setiap hari bermain topeng, sampai bosan hamba bertingkah laku sebagai badut, dijadikan tumpuan ejekan.”

Karatuan Tengah Sagara Kidul

Setelah cerita yang terdahulu menceritakan berdirinya Kampung Pelabuhan Ratu dan diangkatnya Ibu Ratu Purnama Sari sebagai Ratu Laut Selatan dan Ratu Mayang Sagara menjadi Ratu pantai selatan    (Furi Karancang Kancana karang hawu Pelabuahan Ratu) Ibu dan anak sebagai Penguasa Laut dan pantai selatan yaitu mempunyai sebutan Loro  (dua) Kidul (selatan).

Ratu Mayang Sagara yang kecilnya bernama Rara Panas Mayang Nagasari Pamulangan dan setelah diangkat menjadi Ratu Basisir            (pantai) contohnya adalah cawene (suci) yaitu seorang gadis yang masih suci  bertapa menyertai ibunya di Gunung Winarum sekarang Pangjarahan Karang Hawu sampai akhirnya ngahiyang menyatu dengan Alam dan meninggalkan ciri kata bahasa Sunda lebah yaitu menunjukan tempat. Jadi Karang Hawu hanya sebatas Lebah Cawene.

Baiklah kita lanjutkan kepada cerita Putri Bungsu Prabu Sedah Nusia Mulya Siliwangi yang memisahkan diri tidak ikut dengan rombongan yaitu Putri Gandrung Arum adiknya Putri Purnama Sari.
Setelah melihat pelangi berlapis 7 yang datangnya dari Laut Selatan melengkung kesebuah hutan. Putri Gandrung Arum meminta izin kepada ayahandanya untuk bertapa di tempat itu.
Dikatakan Pelangi berlapis tujuh itu bukanya berwarna 7, melainkan ada 7 Pelangi. Melihat itu Nyai Putri tertarik hatinya dan memutuskan untuk tidak terus ikut dengan ayahnya.

Ibu Ratu Kidul

Menurut cerita Pantun Bogor,Palabuhan Ratu didirikan oleh Nyai Ratu Pu'un Purnama Sari.atau nyai Ratu Purnama Sari Putri Pertama Prabu Sedah Siliwangi dari Istrinya yang ke tujuh, yang saat itu Prabu Sedah Nusia Mulya bertahta di Pakuan Pajajaran Tengah.

Yang dimaksud Pajajaran tengah menurut Pantun Bogor,yaitu wIlayah antara Bogor Cianjur Sukabumi dan Pelabuan Ratu daerah itu disebut Pajajaran Tengah.karena menurut cerita Pajajaran terdiri atas 5 bagian,akan tetapi bagian bagianya lainya biarlah kita tinggalkan yg penting Pajajaran tengah ini.

Sebetulnya tidak ada niat Ratu Purnama Sari mendirikan Pelabuhan Ratu,ini hanya secara kebetulan saja.
Ketika Pajajaran atau Bogor diserbu oleh tentara Sarosoan Banten yg bergabung Cirebon dan Demak, Pajajaran jatuh pada serangan yang ketiga kalinya,pada waktu itu Prabu Sedah dengan semua orang dari Pajajaran tengah mundur ke selatan.maksud nya hendak menyebrang ke Nusa Larang yg sekarang disebut Pulau Krismas,akan tetapi mereka terpencar,ada yang ikut dengan Prabu Sedah dan ada pula yang ikut dengan Rombongan Nyai Ratu Purnama Sari.

prabu siliwangi

Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda sebagai Raja Pajajaran. Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit. Kitab tersebut berisi 22 bab perjalanan Prabu Siliwangi dimulai dari ayahnya, Prabu Anggararang Raja Kerajaan Gajah. Setelah Prabu Anggararang merasa puteranya layak memangku jabatan raja, akhirnya kerajaan diserahkan kepada Pangeran Pamanah Rasa (sebelum bergelar Siliwangi).

Mengenai nama Siliwangi, dijelaskan bahwa nama tersebut adalah gelar setelah Pangeran Pamanah Rasa masuk Islam sebagai salah satu syarat mempersunting murid Syaikh Quro, yakni Nyi Ratu Subanglarang. Dari isteri ketiga ini, kemudian melahirkan Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakrabuana di Cirebon dan Rara Santang, ibunda Sunan Gunung Jati.

Babad Sangkuriang

Ringkasan cerita


Di hutan Banjar hidup seekor babi putih yang bertapa terus-menerus selama puluhan tahun. Ia bertapa karena ingin mempunyai seorang anak perempuan berupa manusia. Pada suatu waktu babi hutan itu pergi ke sebuah lapangan dekat Sungai Citanduy. Di situ ia menemukan air pada sebuah batok kelapa muda. Karena merasa sangat haus, ia minum air itu. Ternyata air itu air seni Prabu Ratu Galuh. Sehingga tak lama kemudian, babi putih itu mengandung. Sesudah sampai waktunya ia melahirkan seorang anak perempuan wujud manusia yang sangat cantik parasnya. Anak itu ada yang namainya Dayang Sumbi atau Nyai Rarasati.

Nyai Dayang Sumbi sesudah besar, ia menanyakan siapa ayahnya kepada ibunya. Semula pertanyaan itu tidak dijawab, tetapi karena ditanyakan berulang-ulang akhirnya diberi tahu juga, yaitu Prabu Ratu Galuh. Nyai Dayang Sumbi bermaksud menghadap Prabu Ratu Galuh, ayahnya.

Jumat, 16 Maret 2012

Babad Limbangan

Ringkasan cerita

Pada zaman dahulu kala Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, mempunyai seorang pembantu bernama Aki Haruman. Setiap hari Aki Haruman diberi tugas berburu binatang dengan menggunakan alat sumpit (panah) dan busur.

Pada suatu hari Aki Haruman pergi berburu ke arah timur. Sampai  tengah hari ia belum memperoleh hasil buruannya, padahal telah  banyak bukit dan gunung didaki. Sesampainya di puncak gunung, ia melihat sesuatu yang bersinar disebelah utara pinggir Sungai Cipancar. Ternyata sinar itu keluar dari badan seorang putri yang sedang mandi, yang mengaku putra Sunan Rumenggong, penguasa daerah Limbangan.

Peristiwa pertemuan dengan Nyi Putri dari Limbangan dikisahkan oleh Aki Haruman kepada Prabu Siliwangi. Berdasarkan peristiwa itu, Prabu Siliwangi menamai gunung itu Gunung Haruman. Prabu Siliwangi bermaksud memperistri putri dari Limbangan. Ia mengirimkan Gajah Manggala dan Arya Gajah (keduanya pembesar Pajajaran). Aki Haruman serta sejumlah pengiring bersenjata lengkap meminang putri itu, dengan pesan, lamaran itu harus berhasil dan jangan kembali sebelum berhasil.

Babad Kawung Lebak

Ringkasan cerita

Pohon enau (kawung) di daerah Kabupaten Lebak ada tiga macam: kawung hideung, kawung hejo dan kawung saeran. Pembagian macam-macam kawung ini berdasarkan tinggi pohon, daun, ijuk, pelapah, tangan-tangannya, dan ciri lain lagi. Aturan pembenihan enau dimulai dengan menyemaikan bijinya (kolang-kaling) yang tua. Kemudian, setelah tumbuh dan mencapai enam atau satu tahun, kawung benih itu sudah siap dipindahkan ke lubang. Waktu dimasukan ke lubang harus dibacakan mantra seperti berikut:

Babad Kawung Baduy

Ringkasan cerita

Pada Babad Kawung Baduy, seperti juga pada Babad Kawung Lebak, dalam uraiannya diterangka hal-hal berikut:

Keadaan rupa/macam kawung (pohon enau, aren) dan tata cara mengambil nira. Tentang pemeliharaannya tidak banyak di utarakan karena orang Cibeo dan Kanekes tidak memindahkan Kawung, juga tidak mengadakan persemaian khusus. Mereka hanya memanfa'atkan Kawung yang tumbuh sendiri akibat biji yang tercecer, terbawa dan menyebar bersama kotoran musang (careuh). Siapa yang menemukan benih yang tumbuh dengan baik cukup membersihkan tanah disekitarnya saja. Hal ini menandakan bahwa Kawung itu ada yang memeliharanya. Dengan demikian, hal itu menunjukan pemiliknya. Kawung yang tanah di bawahnya sudah dibersihkannya oleh seseorang tidak boleh dikatakan orang lain bahwa Kawung itu miliknya.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management